Dewi Ratnasari—bukan nama sebenarnya—masygul lantaran bobot tubuhnya bertambah 10 kg selama mengikuti kebijakan bekerja di rumah (work from home, WFH) pada Maret 2020—Februari 2021. Tentu peningkatan bobot tubuh memengaruhi beberapa aspek seperti kesehatan dan penampilan. Masa karantina dan pembatasan aktivitas fisik akibat pandemi korona mengakibatkan peningkatan kejadian kenaikan bobot tubuh pada usia anak, remaja, dan dewasa di berbagai negara.
Musabab lainnya yakni perubahan gaya hidup seperti perubahan pola konsumsi pangan, menurunnya kualitas tidur, serta kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tinggi energi (makanan bergula dan berlemak). Menurut dosen di Program Studi Gizi, Universitas Sahid, Jakarta, Khoirul Anwar, S.Gz., M.Si, hal itu menjadi faktor penyebab terjadinya ketidakseimbangan energi yang berdampak pada kenaikan bobot tubuh.
Berlangganan Trubus Member untuk Baca Lengkap Seluruh Konten

Aktivitas fisik
Ciri makanan dan minuman tinggi energi mengandung banyak gula, lemak jenuh, dan natrium seperti kopi dalgona dan croffle— akronim dari croissant dan waffle. Mengonsumsi kedua jenis makanan dan minuman itu boleh saja. Syaratnya tidak terlalu tinggi gula dan lemak. Biasakan mengonsumsi jenis makanan lain seperti buah. Terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi energi berisiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan strok.
“Saat ini ada beberapa produk herbal untuk penurunan bobot tubuh antara lain teh hijau, ekstrak kedelai hitam, dan ekstrak daun peterseli,” kata magister gizi alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Ia menganjurkan untuk memperhatikan izin resmi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum mengonsumsi produk itu. Menurut Khoirul setiap individu memiliki rekomendasi energi yang bervariasi.
“Rekomendasi asupan energi dan zat gizi di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia,” kata Khairul. Perhitungan kebutuhan energi menggunakan beberapa rumus yang sesuai dengan faktor-faktor itu. Sebaikknya kebutuhan energi dari beraneka bahan pangan. Misalnya sumber karbohidrat seperti nasi, kentang, atau ubi.
Keseimbangan antara asupan dan penggunaan energi amat dibutuhkan untuk menjaga tubuh tetap bugar dan ideal. Aktivitas fisik tidak hanya terfokus pada olahraga. Pekerjaan rumah (mencuci pakaian, menyapu lantai, dan menyetrika pakaian) pun membantu fisik tetap bergerak. Aktivitas fisik dan olahraga yang dianjurkan sekitar 150—300 menit/pekan dengan jenis latihan yang sedang.
“Kita bisa melakukan latihan jenis aerobic seperti jalan cepat sekeliling rumah, senam senam aerobik virtual, bersepeda dengan sepeda statis,” kata pria berumur 29 tahun itu. Adapun latihan aerobik meliputi push-up, squat, lunges, atau crunches. Penerapan protokol kesehatan wajib dilakukan selama beraktivitas fisik atau olahraga. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)