Om Kita, Bob Sadino
Suaranya lantang dan kerapkali keras. Gaya bicaranya menggebu-gebu. Tak sekali dua kali komentarnya kritis dan mengejutkan. Melakukan wawancara dengannya perlu persiapan matang untuk menampung ide-ide pemikirannya yang di luar kelaziman. Namun, gaya seperti itulah yang membuat wartawan Trubus kangen untuk berbincang dengan Haji Bambang Mustari Sadino. Sebab setiap kali bertemu, setiap kali pula mengalir ilmu baru dari pengalamannya yang panjang. Biasanya di ruang tamu kediamannya yang nyaman—kadangkala juga di teras atau sambil berkeliling kebunnya—di kawasan Pasarjumat, Jakarta Selatan, ia menerima kami. Sambil diselingi suguhan teh dan penganan kecil ia mencurahkan buah pikirannya.
Bagi kami, Bob Sadino—begitu khalayak lebih mengenal namanya—patut dinobatkan sebagai salah satu maestro dalam dunia agribisnis. Om Bob—sapaan akrabnya—merupakan salah satu pioner dalam pengembangan pertanian modern. Pada era 1980-an ketika pelaku pertanian lain masih berjibaku dengan budidaya di tanah misalnya, Bob Sadino sudah berhidroponik. Kesuksesannya beragribisnis pun tidak tiba-tiba, tapi melalui proses panjang. Berawal dari menjual telur ayam negeri secara keliling, kelahiran Lampung 9 Maret 1933 itu memiliki gerai produk pertanian modern Kemchick dan Kemfarm. Om Bob menjadi besar dan kaya pengalaman.
Pengalaman-pengalamannya itu ia bagikan kepada siapa saja. Di antaranya dengan mengisi kolom khas di Majalah Trubus. Tercatat om Bob mengasuh rubrik Konsultasi Agribisnis Dengan Bob Sadino sejak Januari 1988—Desember 1998. Lalu mengisi rubrik Apa Kata Bob Sadino (Januari 1999—Desember 2000) dan Seputar Agribisnis (Januari 2001). Bagi kami, om Bob bagian dari keluarga besar Trubus.
Sahabat Trubus, selamat menikmati sajian kami.