Para penangkar bibit memerlukan 2 bulan untuk mencangkok anggur. Namun, Muhammad Apriza Suska memanen bibit anggur hanya dalam 14 hari. Suska memanen bibit anggur hasil cangkok 1,5 bulan lebih cepat. Ia memilih batang yang masih hijau sebagai bahan perbanyakan. Sementara itu pada umumnya orang memilih batang berwarna cokelat sebagai bahan cangkok.
Alumnus Institut Pertanian Bogor itu mengatakan, batang hijau mengindikasikan tanaman aktif tumbuh. Suska mengatakan, pertumbuhan tanaman yang masih berbatang hijau lebih cepat daripada batang cokelat yang lazim dicangkok. Tanaman anggur berbatang cokelat tidak aktif tumbuh. Selain itu ia memanen tanaman ketika akar baru berwarna putih. Sebaliknya banyak orang yang memanen hasil cangkokan saat akar penuh dan memerah.
Berlangganan Trubus Member untuk Baca Lengkap Seluruh Konten

Tanpa kerat
Menurut Suska pertumbuhan akar berhenti dalam media cangkok. Sebaliknya, ketika akar berwarna putih berarti aktif tumbuh. Akar bisa lebih bebas tumbuh ke bawah dalam media tanam yang sesungguhnya. Ketika terlalu lama dalam media tanam cangkok, akar akan cenderung melingkar. Akibatnya penyerapan unsur hara tidak maksimal.
Trik lain dalam mencangkok, Suska menghilangkan proses kerat. Pada umumnya teknik mencangkok dilakukan dengan mengupas kulit batang hingga kambium terlihat. Namun, ia cukup melukai batang untuk memunculkan kalus. Kalus ibarat luka bakar pada kulit manusia. Jadi, dengan adanya luka itu jaringan tanaman akan terdeferensiasi. Jika ada luka, tumbuh jaringan tertentu seperti akar.
Menurut Suska tanpa pengkalusan sebenarnya akar juga bisa muncul. Anggur termasuk tipe tanaman yang mudah muncul akarnya asalkan media cangkok lembap. Pengkalusan hanya untuk mempercepat proses munculnya akar. Pertimbangan lainnya ketika dikerat akan timbul risiko gagal karena luka mengenai kambium memicu tanaman mati. Selain itu dengan hanya melukai bisa lebih efisien waktu dibandingkan harus mengupas kulit.
Dosen Fisiologi Tumbuhan di Institut Pertanian Bogor, Ir. Edhi Sandra, M.Si. mengatakan bahwa anggur jenis liana atau tanaman rambat dan akarnya muncul dengan mudah. Tanaman itu kaya hormon auksin dan sitokinin. Pada batang berwarna cokelat, bagian tunas yang aktif tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya akar yang dihasilkan oleh sel-selpun sedikit. Sementara itu pada batang yang kecokelatan juga cenderung tua, sehingga ia mengalami penebalan dinding sel. Akibatnya daya dorong hormonnya kurang.
Bandingkan dengan batang hijau masih banyak tunas yang aktif. Itulah sebabnya sumber auksinnya lebih banyak. Ketika melewati daerah luka peluang akar muncul menjadi lebih besar. Pengeratan pada sistem cangkok jenis tanaman rambat sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Penyebabnya melukai batang sudah memicu aliran hormon auksin ke bagian luka. Di bagian itulah calon akar baru akan tumbuh.
Menurut Edhi pemanenan bibit anggur saat akar masih putih memang rentan terserang penyakit. Namun,hal itu bias disiasati dengan memindahkan ke media tanam yang sesungguhnya. Jadi, jangan membongkar bongkahan media tanam pencangkokan. Kondisi media tanam sesungguhnya jika lebih baik maka pertumbuhan akar akan lebih optimum.
Saat menempel di media cangkok, akar tidak bebas tumbuh. Selain itu jumlah biomassa juga perlu diperhatikan. Biomassa atau jumlah daun tidak boleh lebih besar dibandingkan dengan jumlah akar. Karena dapat menyebabkan dehidrasi pada tanaman. Sebaiknya setelah pemotongan bibit, segera sungkup untuk mencegah dehidrasi. (Intan Dwi Novianti)