Amo Samsudin, S.Pd. memasok 1 ton buah jeruk purut Citrus hystrix ke perusahaan eksportir pangan, PT Nusantara Segar Global atau Java Fresh, setiap bulan. Harga jeruk purut Rp10.000 per kilogram (kg) sehingga mendapatkan omzet Rp10 juta saban bulan. “Harga jual jeruk purut lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk lain seperti siam yang hanya Rp5.000—Rp6.000/ kg,” kata warga Kampung Muncanglega, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Sucinaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat, itu.
Syarat jeruk purut ekspor antara lain berbobot 40—55,5 gram dan berdiameter 3,5—4 cm. Itu setara dengan 1 kg berisi 18—25 buah. Syarat lainnya kulit berwarna hijau tanpa bercak dan serangan hama penyakit. Pasokan 1 ton jeruk purut Amo berasal dari kebun sendiri yang berpopulasi 3.000 tanaman produktif berumur 2—4 tahun. “Jeruk purut mulai berproduksi perdana pada umur 1,5 tahun yang menghasilkan 1—2 buah setara 100 g per tanaman,” kata petani jeruk purut sejak 2016 itu.
Berlangganan Trubus Member untuk Baca Lengkap Seluruh Konten

Kecamatan Sucinaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Amo Samsudin, S.Pd.
Pekebun baru
Selang dua bulan lazimnya panen meningkat dengan pola panen sekali per bulan. Pada tanaman berumur 4 tahun hasil panen rata-rata 500 gram. Menurut Amo produksi menurun 20—40% di lahan tadah hujan selama musim kemarau. Hasil panen tetap stabil sepanjang tahun jika kebun memiliki saluran irigasi yang berfungsi dengan baik. Semula Amo menyasar pasar daun jeruk purut.
Harap mafhum, buah jeruk purut masih belum digunakan sebagai bahan konsumsi di tanah air. “Hingga kini tidak ada serapan lokal untuk buah jeruk purut,” kata pria berumur 66 tahun itu. Amo mencoba peruntungan memasok buah jeruk purut setelah mendapatkan informasi dari pekebun lain, Jajuli Kunandi, S.P. Setelah itu Amo pun fokus memenuhi permintaan buah jeurk purut. Pekebun lain yang tertarik mengikuti jejak Amo yaitu Rosidin Muharam. Pria yang juga menjabat sebagai kepala Desa Pesanggrahan, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, itu menanam 400 tanaman pada 2019. Dari kebun itu Muharam memanen 30 kg jeruk purut saban bulan pada 2021. Ia berencana menanam 200 tanaman setiap tahun untuk memenuhi permintaan buah jeruk purut.

Pamor jeruk purut kian meningkat saban tahun. Musababnya salah satu peserta acara program pencarian bakat Masterchef di Prancis memperkenalkan jeruk purut sebagai bahan baku pada masakan kreasinya pada 2015. Pasar Eropa pun mencari pasokan jeruk purut. Tidak hanya Amo dan Muharam yang menanam jeruk purut untuk memenuhi permintaan ekspor. Pekebun jeruk purut lainnya yakni Eko Cahyono di Desa Manjung, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Eko memasok 50—80 kg jeruk purut ke pengepul besar untuk ekspor saban bulan. Adapun pasokan pasar retail 80—100 kg jeruk purut per bulan. Pasokan itu dari 150 tanaman berumur 10 tahun di lahan seluas 3.000 m2. Adapun syarat buah untuk ekspor yaitu berbobot rata-rata 60 gram, kulit berkerut, tidak lecet atau memar, dan berwarna hijau tanpa bercak cokelat.
Penanaman meluas
Pemasok jeruk purut pun bermunculan di beberapa daerah seperti Yusuf Sofyan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Yusuf memasok 2—2,5 ton jeruk purut kepada eksportir di Jakarta dan Kota Bandung, Jawa Barat, sejak November 2020. Ia memperoleh pasokan jeruk purut dari petani yang tersebar di Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Yusuf membagi jeruk purut menjadi 2 kelas.

Kelas A untuk memasok pasar ekspor dengan kriteria berdiameter 4 cm, berwarna hijau segar, dan memiliki cacat kulit kurang dari 2%. Adapun kelas B hasil sortiran yang tidak masuk kelas A. “Kelas B hanya 10% hasil sortir,” kata Yusuf. Harga kelas A Rp25.000—Rp30.000 per kg, sedangkan harga pasar domestik Rp15.000 per kilogram. Menurut pekebun jeruk purut di Kecamatan Sucinaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jajuli Kusnandi, S.P., banyak pekebun lain yang tertarik memasok jeruk purut di Kabupaten Garut.
Sayangnya tanaman belum menghasilkan. “Ada penanaman sekitar 20.000 tanaman dari 20 petani pada 2021,” kata Jajuli. Ia sendiri membudidayakan 1.500 tanaman yang berumur 1 tahun dan belum menghasilkan. Harap mafhum tanaman tertua di Kabupaten Garut berumur 4 tahun milik Amo. Lebih lanjut Jajuli menuturkan pasar jeruk purut amat terbuka lebar. Permintaan terutama untuk pasar ekspor.
Sepengetahuan Jajuli kapasitas produksi jeruk purut di Kabupaten Garut baru sekitar 300—400 kg per pekan. Permintaan dari Java Fresh mencapai 5 ton per bulan atau 1,25 ton per pekan. “Ada juga permintaan dari eksportir lain hingga 300 kg per hari,” kata Jajuli. Artinya, ceruk pasar buah jeruk purut masih relatif besar. Amo mengatakan jika produksi kebunnya meningkat 2 kali lipat pun pasti terserap pasar. Yusuf menambahkan ceruk pasar makin terbuka lebar. Pasalnya salah satu eksportir meminta 1 ton jeruk purut per pekan setara 4 ton/bulan. Untuk memenuhi permintaan itu Yusuf berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga 5 ton setiap bulan. “Perlu minimal 5.000 tanaman atau lahan sekitar 5 ha untuk memenuhi permintaan itu,” kata Yusuf. Eko mengatakan pengepul untuk ekspor tetap menyerap jika produksi kebun Eko meningkat 2—3 kali lipat.

Permintaan bertumbuh
Menurut Chief Excecutive Officer (CEO) PT Nusantara Segar Global, Margareta Astaman, perusahaannya memasok pasar ke negara-negera di Eropa sejak 2016. Java Fresh rutin memasok 2—4 ton jeruk purut ke 7 negara di Eropa saban bulan. Permintaan terbesar terutama dari Prancis dan Belanda. Pemanfaatan buah tanaman anggota famili Rutaceae sebagai bahan masakan untuk gourmet atau ahli pencicip makanan di hotel, restoran, kafe. “Kebanyakan untuk bumbu masakan, olahan ikan, dan bahan minuman,” kata Margareta.
Pandemi korona tidak memengaruhi permintaan. Justru permintaan malah tumbuh 4—5% setiap tahun. Ada dua kriteria syarat ekspor jeruk purut. Pertama syarat lolos sortir antara lain tidak terkena hama, tidak berpenyakit kanker jeruk, tidak memar, titik burik tidak lebih dari 5 titik dan masing-masing tidak tidak lebih dari 1 mm, kematangan 50%, masih berwarna hijau, dan keras.
Adapun syarat kedua secara sertifikasi meliputi ketelusuran jelas dengan meregistrasi kebun, menjalankan budidaya sesuai standar keamanan, dan seminimal mungkin menggunakan pestisida agar lolos uji Maximum Residue Levels (MRL). Untuk memenuhi permintaan jeruk purut Margareta bekerjasama dengan petani yang tersebar di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pekebun mitra juga tersebar di Jawa Timur yang meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Banyuwangi.